[ad_1]

Wanita dengan penyakit autoimun lebih mungkin menderita depresi selama kehamilan dan setelah melahirkan, demikian temuan para peneliti.
Beberapa penyakit autoimun yang umum termasuk intoleransi gluten, rheumatoid arthritis, diabetes tipe 1, dan multiple sclerosis.
Para peneliti di Karolinska Institutet, Swedia, seperti ditulis laman Hindustan Times, Selasa (9/1), menemukan hubungan yang paling kuat dengan multiple sclerosis, sebuah penyakit neurologis. Hal ini juga paling kuat terjadi pada wanita yang tidak memiliki diagnosis psikiatrik sebelumnya
Baca juga: Stres berkontribusi pada kekambuhan Multipel Sklerosis
Namun, sebagai penelitian observasional, para peneliti tidak dapat menarik hubungan sebab akibat. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal “Molecular Psychiatry”.
“Studi kami menunjukkan bahwa ada mekanisme imunologi di balik depresi perinatal dan penyakit autoimun harus dilihat sebagai faktor risiko untuk jenis depresi ini,” kata penulis pertama studi tersebut, Emma Bränn, seorang peneliti di Institut Kedokteran Lingkungan Karolinska Institutet.
Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan data Catatan Kelahiran Medis Swedia untuk mengidentifikasi wanita yang pernah melahirkan di Swedia antara tahun 2001 dan 2013.
Baca juga: Pentingnya hindari makanan dengan kandungan gluten bagi ODAI
Para peneliti mengatakan hasil penelitian ini mengungkapkan “hubungan dua arah” antara depresi perinatal dan penyakit autoimun, dengan risiko sebesar 30 persen pada kedua arah.
“Hubungan dua arah lebih jelas terjadi pada wanita tanpa penyakit penyerta psikiatrik dan paling kuat pada multiple sclerosis,” tulis para peneliti.
Mereka menemukan bahwa risiko yang terkait dengan multiple sclerosis adalah dua kali lipat di kedua arah.
“Depresi selama periode sensitif ini (kehamilan) dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi ibu dan bayinya,” kata Bränn.
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024
[ad_2]
Source link





